Ketika
Perasaan Itu Hadir: “Buruan Nikah atau
Bunuh
Saja Perasaan?”
–
Keindahan malam dan sayup-sayup lantunan surah Ar-Ruum memberi motivasi untuk mengurai,
melukis, merangkai, menyatu kata menjadi kalimat tentang perasaan itu hadir.
Kita pasti pernah merasakan cinta atau pesona dengan makhluk Allah, terkadang
perasaan itu hadir membuat kita bingung, pusing, galau, gelisah, dan bertanya
pada diri sendiri.
“Antara nikah atau
bunuh perasaan”
Nah
ketika perasaan itu hadir apa tindak lanjutnya? Bagaimana sikap kita? Seperti
apa respon kita? Apakah kita harus membunuh perasaan tersebut? Apakah perasaan
tersebut membuat kita tak semangat? Apakah perasaan tersebut menjadi pribadi
galau atau gelisah? Seperti bahasa D’Masiv “Cinta ini membunuhku” :)
Sedangkan
cinta adalah fitrah yang berlaku atas makhlukNya dan cinta pesan agung Allah
pada manusia. DitulisNya ketika mencipta makhluk-makhlukNya di atas Arsy.
Seperti pemilik cinta jelas dalam surah Ar-Ruum: 21.
“…dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
Senada
dengan ungkap Pak Romi Sastrio Wahono dalam blog pribadinya hendaknya ketika
perasaan itu hadir ubah definisi dan paradigma perasaan tersebut serta
bangkitlah, lanjutkan perdjoeangan.
Selanjutnya
ungkapan familier pak Romi Satrio Wahono dalam buku beliau (dapat apa sich dari
Universitas),“Janganlah kalian mengejar cinta. Jadilah legenda yang penuh
dengan prestasi dan manfaat untuk orang lain, maka cinta akan silih berganti
mengejar kalian. Dan ketika masa itu datang, pilihlah takdir cintamu, kelola
cintamu, atur kadarnya, arahkan posisinya, dan kontrol kekuatan cinta sesuai
dengan tempatnya”
Jadi
perasaan itu tidak perlu kita matikan, tidak perlu kita bunuhkan, tidak perlu
kita musnahkan, tidak perlu kita kejar-kejarkan, buru, dan cinta itu perlu kita
kelola dalam wadah yang baik dan kesucian nilai.
Namun
tidaklah mudah untuk menjaganya dan mengelola perasaan itu seperti membalik
telapak tangan apalagi mengelola perasaan pada masa sekarang karena begitu
ribuan godaan, rayuan, dan bisikan syetan maupun nafsu untuk menangkapi,
merespon atau meletak perasaan di tempat nan salah sehingga salah
mengekspresikan perasaan kita.
Insya
Allah banyak cara menuju roma hanya dibutuhkan azzam, tekad, niat, keinginan,
dan kesabaran untuk menjaga hati menjadi hati yang perawan. Mari kita alih
perasaan kita dan mengelola perasaan dengan berbanyak dzikir, mengaji,
bermanfaat untuk orang lain dan menyibukkan menjadi pribadi berilmu.
Ketika
telah berazzam dan bersungguh-sungguh menjaga perasaan tersebut hanya mencintai
Allah maka akan berlaku pula pertolongan Allah untuk memudahkan setiap urusan
kita dalam menjaga dan menemu perasaan yang halal.
Jadikan
itu sebagai pondasi memotivasi kita untuk senantiasa mengelola cinta menuju
arah yang lebih baik dan tauti selalu hati kita dengan Allah Azza wajalla
Mari
kita lantunkan doa pernah dilafazkan Sayyid Qutb dalam denyut perasaannya, “Ya
Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta
pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada Mu….maka kokohkanlah. Ya Allah
ikatkanlah, kekalkanlah cintanya.”
Semoga
kita termasuk hamba AIlah yang mampu menjaga, mengelola, dan menata perasaan
hingga waktu Allah pertemukan kita dengan hamba Allah yang pantas untuk kita
miliki perasaannya dan mari kita komitmen bangun perasaan kita hingga perasaan
kekal hingga surga.
Sumber: http://www.dakwatuna.com//www.dakwatuna.com/2012/12/12/25192/ketika-perasaan-itu-hadir-buruan-nikah-atau-bunuh-saja-perasaan/#ixzz3PRrbi69x
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
0 komentar:
Posting Komentar