Mengenalkan
Allah Sejak Dini
Masa
depan anak cemerlang sangat dipengaruhi oleh pola mendidiknya. Sebagaimana
dijelaskan dalam hadist berikut: Dari Abu Hurairah ra. Berkata, bahwa
Rasulullah saw. Bersabda,‘‘Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah
(suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau
Majusi. Seumpama hewan ternak (yang sempurna) melahirkan hewan ternak (yang
sempurna juga), apakah kalian melihat adanya cacat (terputus salah satu anggota
badannya)? (HR. Bukhari Muslim).
Tidak
dapat diragukan lagi, orang tua adalah pemberi pengaruh yang amat kuat pada diri
anak, baik dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Maka, setiap orang tua
yang mempunyai tanggung jawab akan merasa bahwa mengenalkan Allah kepada anak
sejak dini adalah landasan pertama dan utama yang harus dilakukan untuk
dipahami, dihafal, dan dipraktikkan. Keyakinan dalam mengesakan zat Illahi, dan
menyatukan Allah dalam rububiyah dan ubudiyah merupakan pondasi yang paling
mendasar yang akan menopang seluruh catatan perjalanan hidup anak.
Mengenalkan
Allah pada anak sedini mungkin tanpa pemaksaan, serta dijelaskan hal-hal yang
belum saatnya untuk dijelaskan, menjadi hal yang sangat penting. Dan itu harus
disertai dengan pengenalan akan hakekat makna yang sesungguhnya. Orang tua
harus dapat melakukan, sebagai orang yang sangat dekat dengan anak. Orang tua
harus bisa memberikan pengaruh positif kepada anak. Isilah kepala, hati, dan
jiwa anak-anak yang sedang berproses dalam pembentukan dengan memasukkan
nilai-nilai pada anak dalam setiap gerak dan perilaku hidupnya.
Pada
masa-masa awal dari kehidupannya, anak akan menerima pengarahan dari
orangtuanya. Maka tanggung jawab untuk mengarahkan, tentu di tangan orang tua
semua beban itu dipikulkan. Sebab awal dari kehidupan anak merupakan periode
yang rentan, orang tua harus memiliki akhlak yang baik, agar mudah mengarahkan
anak, menumbuhkan prinsip-prinsip Islam di dalam jiwa anak. Oleh karena itu,
kunci keberhasilan ilmu tauhid tertanam dalam jiwa anak yaitu pada saat tepat
metode yang diberikan. Namun yang menjadi problem di kalangan masyarakat adalah
bagaimana isi dan metode yang perlu diterapkan agar pendidikan untuk mengenal
Allah dapat efektif terhunjam dalam jiwa sanubari anak. Maka dari itu,
setidaknya orang tua bisa mengajak anak berdialog dan berdiskusi untuk mengenal
Allah. Dengan berdialog dan berdiskusi anak akan bisa terlatih dalam berfikir
serta mengambil pelajaran dari segala ciptaan-Nya. Bahkan dengan lingkungan
alam sekitarnya dapat dijadikan media untuk mengenalkan Allah.
Alam semesta dan isinya seperti langit,
planet, bumi, gunung, sungai, laut, bulan, bintang, burung, pohon dan masih
banyak yang belum disebutkan. Keajaiban alam semesta tersebut sebagai ayat-ayat
dan tanda-tanda untuk menggugah jiwa anak akan kebesaran Allah. Dengan cara
itulah orang tua dapat membangun kepribadian anaknya di atas dasar-dasar Tauhid.
Tauhid
adalah dasar yang merupakan tujuan dengan hakikat kaidah agama yang benar.
Menurut Muhammad Ali Qutb dalam bukunya yang berjudul Mengenal Allah, Dialog
Tauhid Kepada Anak ‘‘Sesungguhnya tentang tauhid mempunyai dua sisi. Pertama,
sisi sejarah yang berkesinambungan dan beruntun secara terbalik dari Nabi
Muhammad saw. Sampai Nabi Adam a.s. Kisah umat-umat, dan manusia dengan sistem
dan peraturannya, serta kisah para penguasa dan pemimpin, serta terjalinnya
hubungan antara sesama manusia dan alam, juga diutusnya para rasul dan nabi,
semua memperkuat dan mengharuskan jalannya tauhid. Sisi kedua, adalah suatu
ketetapan bahwa kita tidak akan mampu melihat alam semesta yang begitu luas dan
besar ini, kecuali hanya sebatas indra dan kemampuan manusia, serta hanya
berdasarkan sistem-sistem yang diberlakukannya, dan dengan aturan-aturan yang
telah ditetapkan, dan terhadap hal itu, kita tidak dapat menentangnya’’.
Hal
yang harus disampaikan orang tua pada anak dalam memahami Tauhid yang bermula
dari pengalaman manusia yang paling personal, untuk membaca fenomena alam dan
belajar dari orang-orang beriman. Dengan demikian, memperkuat diri dalam
pengetahuan agama, menjadi sebuah kepentingan yang urgent, bukan saja bagi
orang tua untuk bisa hidup lebih baik di mata Allah, namun juga tidak kalah
penting adalah bagi sang anak. (Jujuk)
0 komentar:
Posting Komentar