Jumat, 22 April 2016

Resensi: MALAM-MALAM TERANG



                                            ‘‘TERUS TERANGI MALAM-MALAMMU’’




Judul               : Malam-malam Terang
Penulis             : Tasniem Fauzia Rais & Ridho Rahmadi
Editor              : Donna Widjajanto
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Pertama, Desember 2015
Tebal                : 246 halaman
ISBN               : 978-602-032-454-8


“Wanita harus kuat karena harus bersiap diri menjadi madrasatul ula, sekolah pertama bagi anak-anak yang akan lahir dari rahimnya dan jadi generasi penerus di masa mendatang’’

Sinopsis
Sekiranya begitulah hipotesis yang dilontarkan penulis saat masih gadis yang baru akan beranjak dewasa. Penulis Novel berjudul “Malam-malam Terang” ini merupakan karya dari anak keempat mantan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Amien Rais, yaitu Tasniem Fauzia Rais dan Ridho Rahmadi, suami Tasniem.
Tasniem familiar dipanggil Ninim yang membuktikan hipotesis tadi tidak hanya sekedar kata bijaksana sebagai penenang diri sebelum tidur. Akan tetapi, Ninim mampu menjadi wanita kuat memenangi apa yang menjadi tekadnya dan mampu menjadi bintang yang paling terang. 

Tekad awal bermula dari gejolak hati Ninim yang berharap lulus dari SMP memperoleh nilai bagus dan bisa melanjutkan di SMA 3 atau SMA 1 Jogja. Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain nilai EBTANAS Ninim hanya 44,73. Tidak bisa dipungkiri bahwa masuk SMA favorit menjadi dambaan semua siswa SMP yang mengikuti ujian nasional, tanpa terkecuali Tasniem, seorang siswi SMP di Jogja. Kerja keras dan semangat yang membara Ninim untuk mengapai harapan dan angan-angan seakan-akan sia-sia belaka yang membuat malu dan kecewa.

Dari pergulatan batin yang kuat Ninim,  "Aku tidak terima. Perjuanganku selama tiga tahun di sekolah, berbulan-bulan khusus untuk persiapan ujian, hanya ditentukan oleh angka desimal yang didapat dari beberapa jam saja mengerjakan soal ujian. Di mana keadilan?" Bukankah belajar adalah proses panjang bukan sesuatu yang dinilai dari satu atau dua jam ujian saja? (hlm. 10). 

Akhirnya kekecewaan itu membimbing Ninim ke jalan terang menuju pencerahan spiritual, dengan berdoa setelah shalat malam: "Ya Allah, ya Tuhanku...Aku lelah, kuserahkan semuanya pada Mu. Tunai sudah usahaku, tiga tahun. Engkau lebih tahu, ini bukan hasil yang aku inginkan, tapi aku yakin ini yang terbaik dari Mu. Tunjukan hamba jalan yang terbaik, ya Allah, mudahkanlah hamba menujunya, mudahkanlah... ".

Ibu Tasniem berusaha membalut keecewaan anaknya dengan berusaha membujuk Tasniem masuk SMA Swasta di mana sekolah tersebut di  bawah naungan Muhammadiyah untuk mengikuti jejak kakaknya, Hanafi dan Hanum. Masuk SMA swasta bukan berarti karena NEM Tasniem rendah, akan tetapi dukungan pada bapaknya yang sudah membesarkan organisasi Islam Muhammadiyah.

Tasniem tidak menjawab saran dari ibunya dengan memutuskan untuk mendekam di kamarnya, kalau bahasa anak muda sekarang sedang galau, galau yang melanda muaranya hanyalah satu tentang NEMnya. Hingga akhirnya ia putuskan untuk pergi dan bermalam di rumah Neneknya yang berada di Solo. Dengan harapan bertemu dengan neneknya, ia akan mendapat nasihat dan semangat.

Perjalanan menuju rumah Nenek ada kejadian demi kejadian yang seakan-akan ini tanda-tanda pada Tasniem untuk menjadi bintang yang paling terang dan jangan menyerah, sesuai dengan bisikan bu Evi gurunya, saat Tasniem menerima amplop yang berisi nilai EBTANAS. Ide cemerlang nenek untuk merantau meguncang hati Tasniem untuk segera kembali pulang Jogja.

Tapi ada daya, sesampai di rumah Ninim tidak direstui ibunya karena alasan biaya. Tetapi alasan yang sesungguhnya adalah kekhawatiran seorang ibu yang akan melepaskan anaknya sendirian dengan waktu cepat. Namun pada akhirnya, bermodalkan biaya dari menjual sepetak tanah, Bapak dan Ibu mendukung niat Ninim untuk melanjutkan sekolah ke Singapura, Globe College of Singapore alias GC tepatnya. Sebuah lembaga pendidikan yang awalnya dimotori oleh seorang Jerman  diasingkan oleh Nazi karena perlawanannya.

Keberangkatan Ninim teringat pesan Bapaknya yang membuncahkan taji dalam hatinya "Setinggi apa pun engkau terbang, dan kebelahan bumi mana pun kelak engkau berpetualang, suatu saat kembalilah, negeri ini membutuhkanmu". Itu artinya Bapak Tasniem memiliki jiwa Nasionalisme yang sangat  tinggi. Di sisi lain muncul perasaan senang, karena dia tidak lagi menggung malu bertemu teman-teman SMPnya. Tapi tetap tujuan Tasniem merantau bukan karena menanggung malu, tetapi ia merantau untuk menuntut ilmu.

Hidup merantau dan belajar di Singapura mengantarkan Tasniem melihat dunia global. Di sana banyak perbedaan yang merupakan kebesaran Tuhan. Meskipun beruntung dan bersyukur fasilitas yang lengkap, megah nan indah serta kebutuhan terpenuhi oleh Tasniem. Pastilah ada ujian hidup seperti rindu, sakit, ketidakpercayaan diri, dan sepi. Akan tetapi, skenario Tuhan dia dipertemukan oleh tiga sahabat yang berbeda asal dan agama. Cecilia Ng dari Tiongkok, Aarin Mohanty asal India, dan Angelina Soemantri dari Indonesia, mereka menjadi orang-orang terdekat Tasniem dalam suka, duka, canda, tawa, tangis, gelisah, marah, rindu, dan segala macam rasa dibaginya tanpa sisa.

Dengan adanya ujian tadi, membuat Tasniem lebih dekat dengan Tuhan dan mempunyai kebiasaan baru shalat Tahajud. Memiliki bapak yang paham agama membuat Tasniem rindu padanya. Rindu di saat Bapaknya menjadi imam dengan bacaan surah yang panjang. Dengan ayat-ayat yang dipilihpun ayat monumental, seperti surah Luqman ayat 13-19.  Surah yang menjadi simbol besar kasih sayang seorang ayah kepada anaknya yang diabadikan kisahnya di dalam Al-Qur’an dan menjadi tolok ukur dalam mendidik anak.
Kerinduan itu membuat Tasniem berangan-angan kelak jika punya calon suami dan calon ayah dari anak-anaknya kelak seperti dalam surah Luqman. Tujuh ayat surah Luqman berisi pesan-pesan kehidupan dari seorang ayah yang menjadi teladan untuk anaknya  yaitu supaya memegang teguh aqidah, menghormati ibu bapaknya, berhati-hati terhadap apapun yang dikerjakan karena kelak akan diperhitungkan, mengajak orang lain untuk berbuat baik, jangan sombong dan membanggakan diri, dan menjadi pribadi yang sederhana dan tidak berlebihan dalam segala hal.

Meski kerinduan pada bapaknya itu mencuat di hati, Tasniem tetap bersyukur dan bahagia. Bahagia mampu membangun persahabatan dengan Aarin, Cecilia, dan Angelina. Sebagai seorang Muslimah yang taat, merantau di luar negeri dengan banyak perbedaan kultur, awalnya Tansiem merasa segan. Namun, adaya toleransi perbedaan keyakinan dan sikap saling menghormati ketiganya, membuat indahnya kebersamaan. Dulu awal masuk sekolah tantangan yang harus ditaklukan Ninim adalah kemampuan bahasa inggrisnya, sekarang ia merasa gagal, menyerah, dan memalukan yang dikarenakan nilai kelas komputer tidak seperti yang diharapkan. Hal itu membuat Ninim ingin pulang ke Indonesia.

Nah di novel Terang-terang Malam ini yang membuat pembaca terharu dan kagum adalah motivasi dari Pak Amin Rais, bapak yang tengah menjalankan amanah sebagai ketua MPR RI menyempatkan untuk menyemangati Tasniem. Sesosok orang tua yang menaruh perhatian dan kasih sayang terhadap anaknya dengan dibacakan ayat Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 8-10. Ayat yang memiliki makna dengan dianalogikan fenomena yang sedang terjadi di Indonesia, yang esensinya sekalipun Tuhan berjanji akan membuka makar mereka, kita juga harus tetap berusaha menjadi benteng moral, yang pertama, selanjutnya dan yang terakhir untuk bangsa ini. Maka, bapaknya memamparkan bahwa sebagai generasi muda seperti Tasniem kelak akan diperlukan Bangsa ini. Dengan merantau jauh demi ilmu, maka Tuhan punya alasan kuat mengapa Dia akan memilihmu suatu saat kelak. Sebab Tasniem adalah pekerja keras. 

Jadikan kegagalan sahabat terbaikmu, karena hanya dialah yang setia dalam mengingatkan untuk selalu brusaha yang lebih baik. Tanpanya, kamu tidak akan pernah maju (65)

Bukan berarti harus selalu gagal, namun ketika kegagalan datang, sambutlah ia sebagai sahabat. Karena kegagaglan adalah cermin yang mengingatkan kita untuk berusaha lebih baik. Tanpa cermin itu kita tidak bisa melihat diri sendiri, tidak bisa mengevaluasi diri.

Sungguh beruntung, Ninim selain dikelilingi tiga sahabat yang senantiasa mendukungnya. Bapaknya lah yang memberi perhatian penuh seakan menyelesaikan tantangan yang di hadapi Tasniem.  Tuhan juga melapangkan hati Tasniem lewat Surah Alam Nasyrah, ayat 5 dan 6. Setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan. 
“Malam-Malam Terang” pada dasarnya banyak tertulis baris-baris pesan-pesan, motivasi, tips, kata mutiara, dan startegi serta pesan yang mendalam. Tak hanya kata motivasi yang timbul dari dirinya tetapi kata motivasi yang muncul dari bapaknya. 

Dari latar belakang bapak Tasniem yang paham agama, maka banyak petuah pada novel Malam-malam Terang yang dikaitkan dengan perintah Tuhan. Ayat yang sebagai petunjuk bagi umat. Seperti contohnya: jangan pernah tinggalkan shalat lima waktu dan ditambah tahajud. ‘’Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. 

Ending petuah tersirat percakapan Tasniem dengan Bapaknya melalui telpon, bapaknya mampu mengorbankan waktu untuk keluarga, pesan-pesannya berhasil meyakinkan kegagalan adalah sebauh kepastian sebelum kesuksesan. Dan pada akhirnya Tasniem mampu melewati tantangan itu dengan semangat sahabat sekamarnya juga.

Persahabatan Tasniem dengan tiga sahabatnya makin mengental dari hari ke hari. Hingga suatu momen yang mengejutkan Tasniem, ketiga temannya telah menyiapkan kejutan karena hari lahir Tasniem, meski mereka salah tanggal bukan hari lahir Tasniem. Tetapi dengan kejadian itu mebuat dampak postif pada Tasniem untuk mengakui kesalahan, karena telah melanggar aturan asrama yaitu aturan light out.

Satu kenangan manis yang tak terlupakan dalam hidup Tasniem di GC. Sebuah momen terbaik yang berhasil dimenangkannya bukan karena memiliki badan yang tinggi, bukan pandai bermain basket tetapi ia mampu menolak untuk menyerah. Baginya memenangkan proses itu sendiri lebih dahsyat daripada memenangkan skor pertandingan.

Perjalanan hidup Tasniem di Negeri Singa telah mengubah sebagian hidup Tasniem yang dulu takut gagal, berubah jadi tak takut lagi, mampu mandiri tanpa keluarga, mampu menahan rindu, mealwan diri, dan berjuang. Hingga mampu mengantarkan Tasniem pada hipotesis seperti yang sudah dipaparkan di paragraf awal.
Persahabatan Tasniem dan tiga sahabatnya semakin erat manakala mereka mau mengorbankan hal-hal penting dalam hidup mereka, di saat mau mencari ayah Angelina ke Malaysia. Yang selama hidupnya Angelina belum pernah ketemu lagi dengan ayahnya setelah usia Angelina tujuh tahun. Tasniem  sangat merindu kepada keluarga, yang awalnya kerja paruh waktu di dua tempat dan rencana upah kerjanya untuk membeli tiket pulang. Tapi semua itu ditinggalkan egonya demi ikatan persahabatan. 

Sepulang dari Malaysia menuju Singapura. Tasniem ingat pertanyaan gurunya yang disampaikan dulu di kelas. Orang yang paling cerdas itu siapa? Ternyata kutipan itu dijleaskan gurunya saat ketemu di Malaysia. Lagi-lagi skenario Tuhan. Orang cerdas adalah orang yang mengingat kematian dan mempersiapkannya. Tasniem pun terharu dengan gurunya yang berubah keyakinan. Dan berpesan carilah suami yang pandai membaca Al Qur’an, kalau ia pandai membaca ayat-ayat Tuhan, membacamu sebagai istri sangat mudah.

Petualangan keempat sahabat di negeri berpatung Singa penuh sarat dan makna. Tiga tahun sudah ia habiskan untuk menimba ilmu di Singapura. Ternyata atas perjuangan Tasniem selama ini, ia memperoleh penghargaan The Big Ten. Penerima The Big Ten dengan peringkat pertama, diminta panitia untuk pidato spontan dihadapan semua peserta wisuda.  Hal itu adalah kejutan yang disiapkan Tuhan. Menjadi Momen terbaik dan kado perjuangan dalam hidup untuk Tasniem. Yang membuat kedua orang tuanya bangga dan terharu pada putrinya.

Pada saat di Jogja, Tasniem berniat melanjutkan ke perguruan tinggi di Jepang, seperti cita-cita yang diinginkan pada malam bersama tiga sahabatnya di GC. Kabar baik bagi Tasniem dan keluarga ia lolos beasiswa dari salah satu universitas internasional terkenal di Jepang. Dengan waktu yang bersamaan, atas skenario Allah Ia dipertemukan dengan Ridho Rahmadi. Seorang kakak kelas saat SMP di Jogja. Tasniem di Singapura juga sempat komunikasi melalui jejaring sosial. Tetapi saat di Singapura meski kuncup itu mekar ia luapkan dengan tulisan. Makna dari tulisannya yaitu tidak mau berharap lebih pada manusia, sebab Tasniem itu beragama dan agama yang menjadi benteng. Jodoh sudah digariskan Tuhan dan akan dipertemukan menurut kehendak Tuhan. Meski jatuh cinta pasti pernah dirasa oleh anak manusia biasa.

Pra keberangkatan Tasniem, Ridho berpesan lewat email. Ia mengutarakan keinginannya pada Tasniem, supaya kelak menjadi bagian dari hidupnya sepulang Tasniem dari mengejar mimpi-mimpinya di Jepang. Akhirnya petualangan jilid II dimulai Tasniem untuk mengapai mimpi-mimpinya. Mimpi yang selalu diperjuangkan lewat belajar yang diawali dengan shalat tahajud dipertiga malam, seperti rahasia belajar yang pernah disampaikan pada sahabatnya waktu di Singapura. ‘Aku belajar ketika kalian belajar, dan aku pun belajar ketika kalian tidur’’.

Kelebihan
Malam-malam Terang berhasil ditulis dengan mengajak pembaca untuk menyelami masa remaja hingga dewasanya yang inspiratif. Dengan gaya bahasa nan indah membuat imajinasi pembaca ke masuk dunianya. Bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit menjadikan novel ini layak dibaca oleh semua kalangan terutama remaja dan orang tua.  Novel yang mampu membangkitkan semangat bagi orang yang pernah mengalami kegagalan. Tips dan strategi jitu yang dilakukan Tasniem mampu menggugah dan memotivasi para pembaca untuk selalu terus menerangi malam-malam dengan hal positif. Dari kisah Bapak dan Ibu Tasniem yang patut dicontoh oleh para orang tua, bahwa keberhasilan anak butuh dorongan dan perhatian orang tua. Orang tua tak sekedar memfasilitasi tapi juga mengontrolnya. Secara keseluruhan Novel ini sangat menginspirasi dan memotivasi dengan mengambil hikmah di setiap kejadian.
Kekurangan
Dengan alur maju mundur yang terkadang membuat pembaca menerka-nerka jawaban yang belum pasti. Namun demikian, mampu membuat pembaca semakin penasaran. Penggunaan bahasa Jawa dan asing yang tidak diterjemahkan dengan tak adanya catatan kaki, dapat membingungkan pembaca, mengingat semua orang tidak memahami maknanya. Mungkin akan lebih mengasyikkan pembaca dengan diberi gambar atau animasi-animasi yang mendukung cerita.

Penulis: Juwanti (Jujuk) MPI PWM DIY, PWNA DIY, IMM UAD, guru SMP Muhammadiyah 2 Yogya.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More