‘‘TERUS TERANGI MALAM-MALAMMU’’
Judul : Malam-malam Terang
Penulis : Tasniem Fauzia Rais & Ridho
Rahmadi
Editor : Donna Widjajanto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Desember 2015
Tebal : 246 halaman
ISBN :
978-602-032-454-8
“Wanita harus kuat karena harus bersiap diri menjadi
madrasatul ula, sekolah pertama bagi anak-anak yang akan lahir dari rahimnya
dan jadi generasi penerus di masa mendatang’’
Sinopsis
Sekiranya
begitulah hipotesis yang dilontarkan penulis saat masih gadis yang baru akan
beranjak dewasa. Penulis Novel berjudul “Malam-malam Terang” ini merupakan karya
dari anak keempat mantan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Amien Rais, yaitu Tasniem
Fauzia Rais dan Ridho Rahmadi, suami Tasniem.
Tasniem familiar dipanggil Ninim yang membuktikan
hipotesis tadi tidak hanya sekedar kata bijaksana sebagai penenang diri sebelum
tidur. Akan tetapi, Ninim mampu menjadi wanita kuat memenangi apa yang menjadi
tekadnya dan mampu menjadi bintang yang paling terang.
Tekad awal
bermula dari gejolak hati Ninim yang berharap lulus dari SMP memperoleh nilai
bagus dan bisa melanjutkan di SMA 3 atau SMA 1 Jogja. Akan tetapi, Tuhan
berkehendak lain nilai EBTANAS Ninim hanya 44,73. Tidak bisa dipungkiri bahwa masuk
SMA favorit menjadi dambaan semua siswa SMP yang mengikuti ujian nasional,
tanpa terkecuali Tasniem, seorang siswi SMP di Jogja. Kerja keras dan semangat
yang membara Ninim untuk mengapai harapan dan angan-angan seakan-akan sia-sia
belaka yang membuat malu dan kecewa.
Dari pergulatan
batin yang kuat Ninim, "Aku tidak terima. Perjuanganku selama
tiga tahun di sekolah, berbulan-bulan khusus untuk persiapan ujian, hanya
ditentukan oleh angka desimal yang didapat dari beberapa jam saja mengerjakan
soal ujian. Di mana keadilan?" Bukankah belajar adalah proses panjang
bukan sesuatu yang dinilai dari satu atau dua jam ujian saja? (hlm. 10).
Akhirnya
kekecewaan itu membimbing Ninim ke jalan terang menuju pencerahan spiritual, dengan
berdoa setelah shalat malam: "Ya
Allah, ya Tuhanku...Aku lelah, kuserahkan semuanya pada Mu. Tunai sudah usahaku,
tiga tahun. Engkau lebih tahu, ini bukan hasil yang aku inginkan, tapi aku
yakin ini yang terbaik dari Mu. Tunjukan hamba jalan yang terbaik, ya Allah,
mudahkanlah hamba menujunya, mudahkanlah... ".
Ibu Tasniem
berusaha membalut keecewaan anaknya dengan berusaha membujuk Tasniem masuk SMA Swasta
di mana sekolah tersebut di bawah
naungan Muhammadiyah untuk mengikuti jejak kakaknya, Hanafi dan Hanum. Masuk
SMA swasta bukan berarti karena NEM Tasniem rendah, akan tetapi dukungan pada
bapaknya yang sudah membesarkan organisasi Islam Muhammadiyah.
Tasniem tidak
menjawab saran dari ibunya dengan memutuskan untuk mendekam di kamarnya, kalau
bahasa anak muda sekarang sedang galau, galau yang melanda muaranya hanyalah
satu tentang NEMnya. Hingga akhirnya ia putuskan untuk pergi dan bermalam di
rumah Neneknya yang berada di Solo. Dengan harapan bertemu dengan neneknya, ia
akan mendapat nasihat dan semangat.
Perjalanan menuju
rumah Nenek ada kejadian demi kejadian yang seakan-akan ini tanda-tanda pada Tasniem
untuk menjadi bintang yang paling terang dan jangan menyerah, sesuai dengan
bisikan bu Evi gurunya, saat Tasniem menerima amplop yang berisi nilai EBTANAS.
Ide cemerlang nenek untuk merantau meguncang hati Tasniem untuk segera kembali
pulang Jogja.
Tapi ada daya,
sesampai di rumah Ninim tidak direstui ibunya karena alasan biaya. Tetapi
alasan yang sesungguhnya adalah kekhawatiran seorang ibu yang akan melepaskan
anaknya sendirian dengan waktu cepat. Namun pada akhirnya, bermodalkan biaya
dari menjual sepetak tanah, Bapak dan Ibu mendukung niat Ninim untuk
melanjutkan sekolah ke Singapura, Globe
College of Singapore alias GC tepatnya. Sebuah lembaga pendidikan yang
awalnya dimotori oleh seorang Jerman
diasingkan oleh Nazi karena perlawanannya.
Keberangkatan
Ninim teringat pesan Bapaknya yang membuncahkan taji dalam hatinya "Setinggi apa pun engkau terbang, dan kebelahan
bumi mana pun kelak engkau berpetualang, suatu saat kembalilah, negeri ini
membutuhkanmu". Itu artinya Bapak Tasniem memiliki jiwa Nasionalisme
yang sangat tinggi. Di sisi lain muncul
perasaan senang, karena dia tidak lagi menggung malu bertemu teman-teman
SMPnya. Tapi tetap tujuan Tasniem merantau bukan karena menanggung malu, tetapi
ia merantau untuk menuntut ilmu.
Hidup merantau
dan belajar di Singapura mengantarkan Tasniem melihat dunia global. Di sana
banyak perbedaan yang merupakan kebesaran Tuhan. Meskipun beruntung dan
bersyukur fasilitas yang lengkap, megah nan indah serta kebutuhan terpenuhi
oleh Tasniem. Pastilah ada ujian hidup seperti rindu, sakit, ketidakpercayaan
diri, dan sepi. Akan tetapi, skenario Tuhan dia dipertemukan oleh tiga sahabat
yang berbeda asal dan agama. Cecilia Ng dari Tiongkok, Aarin Mohanty asal
India, dan Angelina Soemantri dari Indonesia, mereka menjadi orang-orang
terdekat Tasniem dalam suka, duka, canda, tawa, tangis, gelisah, marah, rindu,
dan segala macam rasa dibaginya tanpa sisa.
Dengan adanya
ujian tadi, membuat Tasniem lebih dekat dengan Tuhan dan mempunyai kebiasaan
baru shalat Tahajud. Memiliki bapak yang paham agama membuat Tasniem rindu
padanya. Rindu di saat Bapaknya menjadi imam dengan bacaan surah yang panjang.
Dengan ayat-ayat yang dipilihpun ayat monumental, seperti surah Luqman ayat
13-19. Surah yang menjadi simbol besar
kasih sayang seorang ayah kepada anaknya yang diabadikan kisahnya di dalam
Al-Qur’an dan menjadi tolok ukur dalam mendidik anak.
Kerinduan itu
membuat Tasniem berangan-angan kelak jika punya calon suami dan calon ayah dari
anak-anaknya kelak seperti dalam surah Luqman. Tujuh ayat surah Luqman berisi
pesan-pesan kehidupan dari seorang ayah yang menjadi teladan untuk anaknya yaitu supaya memegang teguh aqidah,
menghormati ibu bapaknya, berhati-hati terhadap apapun yang dikerjakan karena
kelak akan diperhitungkan, mengajak orang lain untuk berbuat baik, jangan
sombong dan membanggakan diri, dan menjadi pribadi yang sederhana dan tidak
berlebihan dalam segala hal.
Meski kerinduan
pada bapaknya itu mencuat di hati, Tasniem tetap bersyukur dan bahagia. Bahagia
mampu membangun persahabatan dengan Aarin, Cecilia, dan Angelina. Sebagai
seorang Muslimah yang taat, merantau di luar negeri dengan banyak perbedaan kultur,
awalnya Tansiem merasa segan. Namun, adaya toleransi perbedaan keyakinan dan
sikap saling menghormati ketiganya, membuat indahnya kebersamaan. Dulu awal
masuk sekolah tantangan yang harus ditaklukan Ninim adalah kemampuan bahasa
inggrisnya, sekarang ia merasa gagal, menyerah, dan memalukan yang dikarenakan
nilai kelas komputer tidak seperti yang diharapkan. Hal itu membuat Ninim ingin
pulang ke Indonesia.
Nah di novel
Terang-terang Malam ini yang membuat pembaca terharu dan kagum adalah motivasi
dari Pak Amin Rais, bapak yang tengah menjalankan amanah sebagai ketua MPR RI
menyempatkan untuk menyemangati Tasniem. Sesosok orang tua yang menaruh
perhatian dan kasih sayang terhadap anaknya dengan dibacakan ayat Al Qur’an
surah Al Baqarah ayat 8-10. Ayat yang memiliki makna dengan dianalogikan
fenomena yang sedang terjadi di Indonesia, yang esensinya sekalipun Tuhan
berjanji akan membuka makar mereka, kita juga harus tetap berusaha menjadi
benteng moral, yang pertama, selanjutnya dan yang terakhir untuk bangsa ini.
Maka, bapaknya memamparkan bahwa sebagai generasi muda seperti Tasniem kelak akan
diperlukan Bangsa ini. Dengan merantau jauh demi ilmu, maka Tuhan punya alasan
kuat mengapa Dia akan memilihmu suatu saat kelak. Sebab Tasniem adalah pekerja
keras.
Jadikan kegagalan sahabat terbaikmu, karena hanya
dialah yang setia dalam mengingatkan untuk selalu brusaha yang lebih baik.
Tanpanya, kamu tidak akan pernah maju (65)
Bukan berarti
harus selalu gagal, namun ketika kegagalan datang, sambutlah ia sebagai sahabat.
Karena kegagaglan adalah cermin yang mengingatkan kita untuk berusaha lebih
baik. Tanpa cermin itu kita tidak bisa melihat diri sendiri, tidak bisa
mengevaluasi diri.
Sungguh
beruntung, Ninim selain dikelilingi tiga sahabat yang senantiasa mendukungnya.
Bapaknya lah yang memberi perhatian penuh seakan menyelesaikan tantangan yang
di hadapi
Tasniem. Tuhan juga melapangkan hati
Tasniem lewat Surah Alam Nasyrah, ayat 5 dan 6. Setelah ada kesulitan pasti ada
kemudahan.
“Malam-Malam
Terang” pada dasarnya banyak tertulis baris-baris pesan-pesan, motivasi, tips,
kata mutiara, dan startegi serta pesan yang mendalam. Tak hanya kata motivasi
yang timbul dari dirinya tetapi kata motivasi yang muncul dari bapaknya.
Dari latar
belakang bapak Tasniem yang paham agama, maka banyak petuah pada novel
Malam-malam Terang yang dikaitkan dengan perintah Tuhan. Ayat yang sebagai
petunjuk bagi umat. Seperti contohnya: jangan pernah tinggalkan shalat lima
waktu dan ditambah tahajud. ‘’Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu.
Ending petuah
tersirat percakapan Tasniem dengan Bapaknya melalui telpon, bapaknya mampu
mengorbankan waktu untuk keluarga, pesan-pesannya berhasil meyakinkan kegagalan
adalah sebauh kepastian sebelum kesuksesan. Dan pada akhirnya Tasniem mampu
melewati tantangan itu dengan semangat sahabat sekamarnya juga.
Persahabatan
Tasniem dengan tiga sahabatnya makin mengental dari hari ke hari. Hingga suatu
momen yang mengejutkan Tasniem, ketiga temannya telah menyiapkan kejutan karena
hari lahir Tasniem, meski mereka salah tanggal bukan hari lahir Tasniem. Tetapi
dengan kejadian itu mebuat dampak postif pada Tasniem untuk mengakui kesalahan,
karena telah melanggar aturan asrama yaitu aturan light out.
Satu kenangan
manis yang tak terlupakan dalam hidup Tasniem di GC. Sebuah momen terbaik yang
berhasil dimenangkannya bukan karena memiliki badan yang tinggi, bukan pandai
bermain basket tetapi ia mampu menolak untuk menyerah. Baginya memenangkan
proses itu sendiri lebih dahsyat daripada memenangkan skor pertandingan.
Perjalanan hidup
Tasniem di Negeri Singa telah mengubah sebagian hidup Tasniem yang dulu takut
gagal, berubah jadi tak takut lagi, mampu mandiri tanpa keluarga, mampu menahan
rindu, mealwan diri, dan berjuang. Hingga mampu mengantarkan Tasniem pada
hipotesis seperti yang sudah dipaparkan di paragraf awal.
Persahabatan
Tasniem dan tiga sahabatnya semakin erat manakala mereka mau mengorbankan
hal-hal penting dalam hidup mereka, di saat mau mencari ayah Angelina ke Malaysia.
Yang selama hidupnya Angelina belum pernah ketemu lagi dengan ayahnya setelah
usia Angelina tujuh tahun. Tasniem
sangat merindu kepada keluarga, yang awalnya kerja paruh waktu di dua
tempat dan rencana upah kerjanya untuk membeli tiket pulang. Tapi semua itu
ditinggalkan egonya demi ikatan persahabatan.
Sepulang dari
Malaysia menuju Singapura. Tasniem ingat pertanyaan gurunya yang disampaikan
dulu di kelas. Orang yang paling cerdas itu siapa? Ternyata kutipan itu
dijleaskan gurunya saat ketemu di Malaysia. Lagi-lagi skenario Tuhan. Orang
cerdas adalah orang yang mengingat kematian dan mempersiapkannya. Tasniem pun
terharu dengan gurunya yang berubah keyakinan. Dan berpesan carilah suami yang
pandai membaca Al Qur’an, kalau ia pandai membaca ayat-ayat Tuhan, membacamu
sebagai istri sangat mudah.
Petualangan
keempat sahabat di negeri berpatung Singa penuh sarat dan makna. Tiga tahun
sudah ia habiskan untuk menimba ilmu di Singapura. Ternyata atas perjuangan
Tasniem selama ini, ia memperoleh penghargaan The Big Ten. Penerima The Big
Ten dengan peringkat pertama, diminta panitia untuk pidato spontan
dihadapan semua peserta wisuda. Hal itu
adalah kejutan yang disiapkan Tuhan. Menjadi Momen terbaik dan kado perjuangan dalam
hidup untuk Tasniem. Yang membuat kedua orang tuanya bangga dan terharu pada
putrinya.
Pada saat di
Jogja, Tasniem berniat melanjutkan ke perguruan tinggi di Jepang, seperti
cita-cita yang diinginkan pada malam bersama tiga sahabatnya di GC. Kabar baik
bagi Tasniem dan keluarga ia lolos beasiswa dari salah satu universitas
internasional terkenal di Jepang. Dengan waktu yang bersamaan, atas skenario
Allah Ia dipertemukan dengan Ridho Rahmadi. Seorang kakak kelas saat SMP di
Jogja. Tasniem di Singapura juga sempat komunikasi melalui jejaring sosial.
Tetapi saat di Singapura meski kuncup itu mekar ia luapkan dengan tulisan.
Makna dari tulisannya yaitu tidak mau berharap lebih pada manusia, sebab
Tasniem itu beragama dan agama yang menjadi benteng. Jodoh sudah digariskan
Tuhan dan akan dipertemukan menurut kehendak Tuhan. Meski jatuh cinta pasti
pernah dirasa oleh anak manusia biasa.
Pra
keberangkatan Tasniem, Ridho berpesan lewat email. Ia mengutarakan keinginannya
pada Tasniem, supaya kelak menjadi bagian dari hidupnya sepulang Tasniem dari
mengejar mimpi-mimpinya di Jepang. Akhirnya petualangan jilid II dimulai
Tasniem untuk mengapai mimpi-mimpinya. Mimpi yang selalu diperjuangkan lewat
belajar yang diawali dengan shalat tahajud dipertiga malam, seperti rahasia
belajar yang pernah disampaikan pada sahabatnya waktu di Singapura. ‘Aku belajar ketika kalian belajar, dan aku
pun belajar ketika kalian tidur’’.
Kelebihan
Malam-malam
Terang berhasil ditulis dengan mengajak pembaca untuk menyelami masa remaja
hingga dewasanya yang inspiratif. Dengan gaya bahasa nan indah membuat imajinasi
pembaca ke masuk dunianya. Bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit
menjadikan novel ini layak dibaca oleh semua kalangan terutama remaja dan orang
tua. Novel yang mampu membangkitkan
semangat bagi orang yang pernah mengalami kegagalan. Tips dan strategi jitu
yang dilakukan Tasniem mampu menggugah dan memotivasi para pembaca untuk selalu
terus menerangi malam-malam dengan hal positif. Dari kisah Bapak dan Ibu
Tasniem yang patut dicontoh oleh para orang tua, bahwa keberhasilan anak butuh
dorongan dan perhatian orang tua. Orang tua tak sekedar memfasilitasi tapi juga
mengontrolnya. Secara
keseluruhan Novel ini sangat menginspirasi dan memotivasi dengan mengambil
hikmah di setiap kejadian.
Kekurangan
Dengan alur maju
mundur yang terkadang membuat pembaca menerka-nerka jawaban yang belum pasti.
Namun demikian, mampu membuat pembaca semakin penasaran. Penggunaan bahasa Jawa
dan asing yang tidak diterjemahkan dengan tak adanya catatan kaki, dapat
membingungkan pembaca, mengingat semua orang tidak memahami maknanya. Mungkin
akan lebih mengasyikkan pembaca dengan diberi gambar atau animasi-animasi yang
mendukung cerita.
Penulis: Juwanti (Jujuk)
MPI PWM DIY, PWNA DIY, IMM UAD, guru SMP Muhammadiyah 2 Yogya.
0 komentar:
Posting Komentar